Widhiyadani

siti_mala26@yahoo.com

Yang Paling

Harta yang paling berharga adalah sabar

Teman yang paling akrab adalah amal

Bahasa yang paling manis adalah senyum

Ibadah yang paling indah adalah ikhlas

Hal yang paling dekat adalah maut

Hal yang paling berat adalah amanah

Hal yang paling besar adalah nafsu

Hal yang paling ringan adalah meninggalkan sholat

Hal yang paling tajam adalah lidah

"Bercita-citalah setinggi langit." ~ Pepatah Bijak
Kalimat ini sangat populer di telinga saya sejak masih SD. Dari dulu sebenarnya anak-anak
sudah diajarkan secara tidak langsung untuk bermimpi besar, bercita-cita yang tinggi.
Tapi seiring berjalan waktu, dan semakin dewasa seseorang justru yang terjadi malah
sebaliknya. Banyak orang justru tidak berani lagi bercita-cita setinggi langit saat ini, apalagi
melihat situasi dan kondisi yang ada di lingkungannya, melihat keterbatasan dirinya, dan
kekurangan lainnya yang dianggap sudah sangat tidak memungkinkan lagi untuk mempunyai
tujuan yang besar.
Mengapa Anda menjadi khawatir menetapkan tujuan yang besar?
Apa yang membuat Anda takut untuk menetapkan target yang tinggi?
Ada yang mengatakan, "Untuk apa punya tujuan besar, nanti kalau tidak tercapai bisa stres.
Istilahnya kalau mimpi sampai lantai 10 kalau tidak terjangkau dan jatuh akan sangat sakit
sekali."
Dulu saya juga berpikir demikian, tapi kalau tidak pernah punya tujuan besar rasanya lebih
menyedihkan karena tidak tahu harus mengejar apa dalam hidup ini.
Pikiran saya kalau tidak bisa sampai lantai 10, dan jatuh setidaknya nanti ada di lantai 9 atau
8. Daripada saya bermimpi di lantai 2 dan jatuh di lantai 1, kenapa tidak sekalian tinggi
mimpinya.
Kemudian kembali saya berpikir, mengapa harus membayangkan akan jatuh dulu, mengapa
harus membayangkan akan tidak tercapai? Mengapa tidak berpikir, kalau nanti tercapai apa
tindakan selanjutnya?
Jadi fokus utama pemikiran kita akan mempengaruhi keputusan kita untuk menentukan
tujuan. Jika fokusnya negatif maka kecenderungan tujuannya akan tidak besar, begitu pula
sebaliknya jika fokus Anda positif maka tujuan yang akan Anda buat akan lebih tinggi.
Jangan pernah mau membatasi diri Anda oleh siapa pun, dan dalam kondisi apa pun. Buang
semua fokus negatif, hambatan yang ada dalam pikiran, karena ini yang akan membuat Anda
menghentikan atau mematikan tujuan besar dalam hidup Anda. Lakukan suatu yang luar
biasa untuk hidup Anda.
If You Can Aim High, Why You Should Aim Low?

Muhaemien.blogspot.com

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan
mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana
menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya
setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan
menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh
wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di
panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam
dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah.
Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di
mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan
menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi"
jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel
itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu
memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia
mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk
mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.
Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa
ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing
menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus,
wortel menjadi lembut dan lunak.
Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa
cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air,
bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya.
"Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu
wortel, telur atau kopi?"
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi
dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan
kehilangan kekuatanmu.
Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang
dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan
menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit
dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?
Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang
menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat
Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu
seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi
semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik